PEMBELAJARAN QUANTUM
(abah)
Banyak inovasi yang dilakukan pemerintah dalam dunia pendidikan. Salah satu di antaranya yang menarik penulis adalah inovasi dalam proses pembelajaran.
Djam’an Satori dan Udin Sa’ud (2007: 173) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi serta memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Pembelajaran harus dikembangkan dan dikelola secara kreatif, dinamis dengan menggunakan pendekatan multi sehingga tercipta pembelajaran yang aktif, efektif, dan inovatif.
- Inovasi Pembelajaran Kuantum di SMA
Salah satu pembelajaran yang inovatif adalah pembelajaran kuantum (quantum learning). Pembelajaran kuantum dengan model super camp dikembangkan oleh Bobby DePorter pada tahun 90-an.Dalam pandangan model belajar ini, siswa belajar sesuai dengan cara kerja otak manusia dan alami dengan memadukan keterampilan akademik, prestasi dan tantangan fisik, serta kecakapan hidup. Pembelajaran berlangsung secara menyenangkan. Pembelajaran kuantum menuntut guru terampil merancang, mengembangkan, dan mengelola sistem pembelajaran sehingga tercipta suasana pembelajaran yang efektif, menggairahkan, dan memiliki keterampilan hidup (Satori dan Sa’ud, 2007: 177).
- Landasan Pembelajaran Kuantum
Pembelajaran kuantum berangkat dari dua konsep dasar, yaitu percepatan belajar dan fasilitasi belajar. Kedua konsep ini untuk menciptkan energi guru dan siswa menjadi cahaya belajar. Percepatan belajar dilakukan melalui usaha yang disengaja untuk mengikis hambatan-hambatan belajar tradisional. Fasilitasi belajar mengandung arti mempermudah belajar. Kedua konsep dasar ini sebagai jembatan untuk mencapai asas utama pembelajaran kuantum. Asas pembelajaran kuantum adalah ”Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Ini mengandung arti bahwa guru harus mampu memasuki dunia anak sebagai langkah awal pembelajaran. Hal ini akan mempermudah guru dalam menuntun, memimpin, dan memudahkan siswa meraih prestasi belajar secara optimal karena para siswa merasa sudah diperlakukan guru sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dengan demikian, pembelajaran menjadi harmonis. Ajarilah, tuntulah, fasilitasilah, dan bimbinglah anak didik kalian sesuai dengan tingkat kebutuhan dan daya pikiranya (Satori dan Saud, 2007: 179).
- Prinsip dan Strategi Pembelajaran Kuantum
Ada lima prinsip yang dikembangkan (Bobby DePorter, 2002) dalam pembelajaran kuantum. Kelima prinsip tersebut adalah:
- Segala berbicara, maksudnya semua lingkungan kelas harus ditata sedemikian rupa sehingga memberikan pesan belajar bagi siswa.
- Segala bertujuan, ini mengandung arti bahwa segala yang dilakukan dalam pembelajaran harus memiliki tujuan yang jelas dan terkontrol.
- Pengalaman sebelum pemberian nama, maksudnya sebelum siswa menamai sesuatu sebaiknya siswa mengalami terlebih dulu sehingga memiliki pengalaman informasi yang berhubungan dengan pemberian nama tersebut.
- Mengakui segala usaha, artinya segala usaha belajar siswa harus memperoleh pengakuan dan penghargaan dai guru dan siswa lain sehingga siswa selalu berani untuk menuju pembelajaran selanjutnya.
- Merayakan keberhasilan, artinya, setiap usaha dan hasil yang diperoleh siswa dalam pembelajaran harus dirayakan sehingga siswa termotivasi untuk maju dan meningkatkan hasil belajarnya.
Sedangkan strategi pembelajaran yang digunakan pembelajaran kuantum adalah TANDUR. Tandur ini merupakan akronim dari enam strategi pembelajaran kuantum, yaitu:
- Tumbuhkan minat dengan cara melaksanakan apersepsi agar siswa termotivasi untuk belajar. Gunakan semboyan AMBAK (Apa manfatnya bagiku?). Artinya, sebelum pembelajaran dimulai, siswa harus mengetahui manfaat mempelajari sesuatu yang akan diajarkan.
- Alami, artinya bawalah siswa kepada pengalaman nyata yang sesuai dengan bahan pembelajaran.
- Namai, berilah nama atau istilah tentang apa yang sudah dialami siswa.
- Demonstrasikan, artinya beri kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemampuannya.
- Ulangi, artinya beri kesempatan kepada siswa untuk mengulang apa yang sudah dipelajari.
- Rayakan, artinya rayakan setiap hasil usaha belajar siswa sebagai pengakuan terhadap usahanya.
(DePorter, 2002: 10)
- Model Pembelajaran Kuantum
Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran kuantum adalah memberdayakan segala potensi dan lingkungan belajar yang ada sehingga proses pembelajaran berlangsung menyenangkan (Satori dan Sa’ud, 2007: 181). Agar model ini tercapai, guru harus melakukan langkah-langkah berikut:
- optimalkan minat pada diri
- bertanggung jawablah pada diri
- hargailah segala tugas yang sudah selesai
Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran kuantum, guru harus mampu mengorkestrasi konteks dan konten. Konteks berhubungan dengan ligkungan pembelajaran sedangkan konten berhubungan isi pembelajaran. Konteks terdiri atas empat bagian, yaitu suasana belajar yang menggairahkan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan ruang belajar yang dinamis.
Untuk dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, guru harus mampu menerapkan:
- kekuatan niat dan pandangan yang positif
- menjalin rasa simpati dan saling pengertian
- keriangan dan ketakjuban
- mau mengambil risiko
- menumbuhkan rasa saling memiliki
- menunjukkan keteladanan
Langkah selanjutnya adalah menciptakan landasan belajar yang kokoh. Untuk menciptakan hal ini guru harus mengomunikasikan tujuan pembelajaran, mengukuhkan prinsip keunggulan, meyakini kemampuan diri dan kemampuan siswa, kesepakatan, kebijakan, prosedur dan peraturan, serta menjaga komitmen belajar. Pembelajaran kuantum yang landasannya kuat memiliki delapan kunci sukses, yaitu integritas, kegagalan sebagai awal kesusksesan, bicara dengan niat yang baik, hidup saat ini, komitmen, tanggung jawab, sikap luwes, dan keseimbangan.
Selanjutnya guru wajib menata lingkungan belajar yang mendukung. Manfaatkan lingkungan sekitar sekolah, gunakan alat bantu yang mewakili satu gagasan, atur formasi duduk siswa, iringi pembelajaran dengan musik. Langkah terakhir adalah merancang pengajaran yang dinamis. Rancangan pembelajaran kuantum berangkat dari strategi TANDUR. Pembelajaran dimulai dari kelompok besar, kemudian kelompok kecil, dan akhirnya perseorangan (Satori dan Sa’ud, 2007: 181-185).
Dimensi kontens terdiri atas empat bagian, yaitu kemampuan guru berpresentasi dan memfasilitasi pembelajaran, keterampilan siswa, dan kiat belajar. Kemampuan presentasi prima guru merupakan kemampuan berkomunikasi sesuai dengan rancangan pembelajaran sehingga komunikasinya dapat memunculkan kesan yang diinginkan, mengarahkan perhatian, bersifat mengajak, dan tepat sasaran. Memfasilitasi pembelajaran maksudnya memudahkan interaksi siswa dengan kurikulum sehingga aktivitas belajar menjadi mudah sesuai dengan yang diinginkan. Keterampilan siswa dalam pembelajaran kuantum dapat memabantu siswa mencapai tujuan belajar secara efisien, efektif, dan cepat dengan tetap mempertahankan minat belajar.
Leave a Reply